BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS ?

Minggu, 24 Mei 2009

PERANAN ICT


Bagi umat manusia, dimensi waktu telah berubah menuju suatu fase yang jelas amat kontradiksional. Fase baru ini kita sebut dengan terminologi globalisasi. Menurut Jenderal (Pur.) TNI Soemitro, globalisasi adalah konsep semu pengisi kevakuman. Setelah parang dingin berakhir seiring dengan runtuhnya hegemoni Blok Timur, dunia dilanda kevakuman konsepsi, strategi, dan kepemimpinan politik. Setelah melewati Perang Dunia I dan II, masyarakat internasional mendambakan perdamaian. Sebagai negara adidaya yang tersisa, Amerika Serikat (AS) mengubah strategi konfrontasi menjadi strategi rekonsiliasi. Selanjutnya, AS mengkampanyekan konsep globalisasi dengan tiga sasaran utama yaitu: perwujudan HAM, kemerdekaan, dan ekonomi liberal sebagai sasaran utamanya.
Proses yang melanda dunia ini membawa banyak konsekuensi. Melihat dari ketiga sasaran utama yang sejak awal dimaksudkan, seharusnya, globalisasi membawa dampak yang positif bagi seluruh umat manusia, namun, kenyataan yang ada bertolak belakang. Dulu, pada tahun 1800, 74% penduduk dunia terkategori miskin dan hanya menikmati 44% GDP dunia. Tapi, pada tahun 1995, keadaan bertambah parah. Jumlah penduduk dunia yang terkategori miskin mencapai 80% dan hanya menikmati 20% GDP dunia. Sisanya, 20% penduduk dunia yang kaya menikmati 80% GDP dunia.
Di lain pihak, globalisasi membawa manusia pada suatu dunia tanpa batas (borderless world) dengan arus informasi supercepat (information superhighway) yang mengglobal. Globalisasi dunia memicu revolusi (bukan evolusi) di bidang ICT (Information and Communication Technology). Singkatnya, globalisasi akan membawa serta globalisasi arus informasi serta akselerasi perkembangan ICT. Globalisasi memaksa manusia untuk dapat beradapatasi dengan globalisasi arus informasi serta akselerasi perkembangan ICT yang berlangsung. Untuk beradaptasi dengan transfromasi yang supercepat ini, tiap bangsa dituntut untuk memiliki sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Globalisasi akan berdampak negatif pada suatu nasion bila nasion itu tidak memiliki SDM yang berkualitas. Untuk yang terakhir ini, perlu diakui bahwa Indoneisa belum memilikinya, secara umum. Bila dilihat dari mutu hasil pendidikannya, Indonesia kalah jauh dengan negara-negara Asia lainnya. Majalah Hidup dalam tajuk rencananya pernah mengungkapkan bahwa pendidikan Indonesia tergolong kelas kambing. Jajak pendapat Kompas secara umum menyimpulkan bahwa kiprah generasi muda Indonesia belum memuaskan. Selain itu, ada banyak masalah yang dimiliki oleh generasi muda Indonesia. Konsekuensinya, Indonesia akan berhadapan dengan banyak dampak negatif globalisasi arus informasi dan akselerasi perkembangan ICT.